Nafsu merupakan sebuah keinginan yang berbentuk kebutuhan. Tanpa adanya nafsu dalam kehidupan maka bisa jadi manusia tidak akan mampu tuk hidup dan berkembang.
Bagaimana mungkin manusia akan hidup, jika tidak ada keinginan untuk makan sementara makan adalah suatu kebutuhan untuk bertahan dalam hidup.
Mungkin hal ini pernah terjadi pada diri anda. ketika berbaring diatas tempat tidur terkulai lemas dengan merasakan deritanya sakit. Maka keinginan untuk makan akan sangat terasa berkurang.
Tahukah sahabat, ketika kita makan maka demikian itu adalah dorongan dari adanya nafsu ??? berikut merupakan hakikat sifat manusiawi. Bahwa semua itu adalah dorongan dari sebuah nafsu.
Lihatlah para binatang yang kesehariannya hanya diisi dengan kegiatan makan dan kawin. Karena memang penciptaan mereka hanya diberikan anugrah berupa nafsu. Sementara penciptaan manusia, selain diberikan nafsu maka dianugrahkan juga sebuah akal. Agar akal yang mengontrol nafsu dan bukan nafsu yang mengontrol akal.
Jika nafsu yang mengontrol akal, maka bersiaplah untuk melihat banyaknya penyimpangan yang akan terjadi. Akhirnya akibat dari hasil tersebut terjadilah banyak kekerasan, pertikaian, penipuan, dan lain sebagainya.
Akal dan nafsu adalah satu paket yang tidak akan mungkin terpisahkan dalam diri manusia. Karena itu sudah kodrat Illahi pada penciptaan manusia.
Kehadiran nafsu dalam diri manusia, adalah sesuatu yang mesti sangat dijaga. Karena inilah yang berani menentang segala ketentuan yang Allah tetapkan.
Selain dari pada tunggangan syetan. Memang ketika awal penciptaanyapun memang bisa dikatakan. Telah mendurhakai siapa yang telah menciptakanNYA.
Berikut merupakan renungan bagi kita tentang penciptaannya. Dari buku karangan Usman Al Khaibawi :
menerangkan bahwa sesungguhnya Allah S.W.T telah menciptakan akal, maka setelah Allah S.W.T menciptakan akal lalu Allah berfirman kepada akal : "Wahai akal mengadaplah engkau." Maka akal pun mengadap kehadapan Allah S.W.T, kemudian Allah S.W.T berfirman : "Wahai akal berbaliklah engkau!", lalu akal pun berbalik.
Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi : "Wahai akal! Siapakah aku?".
Lalu akal pun menjawab, "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah."
Lalu Allah S.W.T berfirman : "Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."
Setelah itu Allah S.W.T menciptakan nafsu, maka setelah Allah S.W.T menciptakan nafsu, lalu Allah berfirman kepada nafsu : "Wahai nafsu, menghadaplah kamu!". Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah S.W.T berfirman lagi : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."
Mendengar jawaban tersebut, Allah murka dan menyiksanya dengan neraka jahim hingga mencapai 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Setelah nafsu keluar dari neraka jahim. Lalu dihadapkanlah nafsu Kemudian Allah S.W.T berfirman: "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata dengan entengnya seakan tidak merasakan bagaimana dahsyatnya siksaan yang ia derita, "Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau."
Lalu Allah S.W.T menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu' selama 100 tahun. Dineraka inilah nafsu merasa ampun dan tidak tahan dengan siksaan yang ia derita. Setelah dikeluarkan dari neraka Juu’ maka Allah S.W.T berfirman: "Wahai nafsu ! Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, " Aku adalah hamba-Mu dan Kamu adalah Tuhanku."
jika nafsu sudah berani berbuat demikian pada Tuhannya, maka sudah tidak menjadi hal yang mengejutkan jika nafsu telah menguasai akal fikiran manusia. Tiada suatu apapun yang dipandang kecuali, bagaimana agar dapat terlampiaskan.
Namun demikian, Tidak memperturutkannya adalah jalan yang terbaik untuk meredamnya. Yakni dengan mengandalkan akal sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan suatu hal. Maka ini bisa dikatakan akal masih mampu untuk mengontrol nafsu dalam diri kita.
No comments:
Post a Comment