Bersedekah tidak berarti memberikan sesuatu yang paling berharga kepada orang lain. Bersedekah atau memberikan sesuatu kepada orang lain adalah suatu sikap yang terpuji. Banyak kelebihan yang didapatkan dari bersedekah, meskipun mungkin yang kita sedekahkan sesuatu yang tiada harganya dihadapan kita. Namun bagi mereka yang membutuhkannya, akan sangat berharga sekali.
Salah satu contoh yang merupakan kelebihan dari bersedekah yakni dari sebuah kisah tentang biji sawo dan segelas air dan juga terselamatkan hanya karena sepotong roti. Semuanya memberikan inspiratif yang dapat kita ambil sebuah manfaat. Namun kali ini juga tidak kalah menariknya dengan mengambil sebuah hikmah dari bersedekah.
Diceritakan bahwa ada seekor burung elang datang mengadu kepada Nabi Sulaiman As. “Wahai Nabi Allah, saya tinggal disebuah pohon, kenyamananku selalu terusik dikarenakan seseorang selalu mengambil anak-anakku, Mohon kiranya engkau menolong aku.. karena aku tidak ingin kehilangan anak-anakku.. aku menginginkan agar pemuda itu celaka agar ia tidak lagi mengambil anakku dengan sesuka hatinya.” kata seekor burung elang. Mendengar pengaduan burung tersebut maka Nabi Sulaiman As memanggil pemuda yang selalu mengambil anak burung tersebut. Mengingatkannya agar tidak lagi mengambil anak burung elang yang tinggal dipohon itu.
Nabi Sulaiman tidak yakin dengan pemuda itu bisa sadar atas apa yang telah beliau katakan kepada pemuda itu. Maka Nabi Sulaiman pun memanggil dua setan datang kehadapannya : “Aku perintah kamu keduanya, pemuda yang tadi masih juga mengambil anak-anak burung elang itu, maka tangkaplah ia dan potonglah menjadi dua, dan lemparkan sebagian tubuhnya ketimur dan sebagian tubuhnya kebarat”.
Mendengar perintah Nabi Sulaiman, maka kedua setan itu terus menjaganya. Dan akan memotong tubuh pemuda tersebut jika dia melanggar janjinya kepada Nabi Sulaiman As. Hari berganti hari, bulan berganti dengan bulan bahkan tahun demi tahun pun tidak terasa telah terlalui. Namun kedua syetan itu tetap memperhatikan pemuda tersebut.
Hingga suatu hari pemuda tersebut ingin sekali mengambil anak-anak burung tersebut. Karena sebelumnya ia mengetahui kapan saat tertentu anak burung elang menetas dari dari telurnya. Seakan telah lupa dengan ucapan yang telah ia janjikan dihadapan Nabi Sulaiman As. Kedua syetan itu pun telah bersiap-siap untuk melaksanakan perintah dari Nabi Sulaiman.
Saat pemuda ingin memanjat pohon, seorang pengemis meminta roti yang ada ditangannya. Kebetulan pemuda tersebut membawa roti yang selalu dimakannya. Tanpa berfikir panjang pemuda itu memberikan roti yang ada ditangannya kepada pengemis. Karena difikirannya adalah ingin mengambil anak burung elang yang ada dipohon.
Burung elang menatap pemuda itu dengan sinis, bahwa pemuda itu akan celaka ketika mengambil anak-anaknya. Pemuda tersebut mengambil seluruh anak-anak burung elang tersebut dan pulang kerumahnya. Kecewa dan marah berkecamuk dirasakan oleh burung. Karena tidak ada sesuatu yang terjadi pada diri pemuda tersebut.
Lantas burung elang tersebut pergi melapor kepada Nabi Sulaiman atas perihal yang dialaminya. Nabi Sulaimanpun terheran dengan kejadian tersebut. Lalu Nabi Sulaiman memanggil kedua syetan yang telah diberikan tugas. Rasa marah pun menyelimuti jiwa nabi sulaiman. “Mengapa kamu tidak kerjakan apa yang telah aku perintahkan ?”
Kedua syetan itu menjawab : “Wahai Khalifah Allah, sesungguhnya ketika pemuda itu ingin memanjat pohon, kami telah bermaksud ingin mengambilnya. Akan tetapi Allah mengutus dua malaikat dan menangkap kami dan melemparkan kami satu ketimur dan satu lagi kebarat. Semua maksud buruk kami ditolaknya disebabkan keberkahan sedekah sepotong roti yang ia berikan kepada pengemis”.
No comments:
Post a Comment