Senjata yang paling ampuh untuk meluluhkan orang lain hanyalah kebaikan. Siapa pun dia dan bagaimana pun ia, pada hakekatnya ia pasti menyukai kebaikan. Segala keburukan yang dibalas dengan keburukan, maka hanya akan memperkeruh permasalahan dan berujung dengan permusuhan. Ketika terjadi permusuhan maka ruang gerak akan sangat sempit.
Namun bukan hal yang mudah untuk melakukan kebaikan, apabila orang lain selalu membuat kita jengkel bahkan selalu menyudutkan kita. Apalagi kita dianggap saingan dalam suatu kegiatan. Maka berbagai macam cara orang lain menghancurkan kita. Ini adalah realita kehidupan, ketika kita berada dalam sebuah lingkungan kerja maka hal yang seperti ini bisa kita dapati.
Melakukan yang terbaik dalam bekerja adalah sebuah tuntutan dalam pekerjaan. Namun jika hal terbaik yang dilakukan membuat sepihak tidak senang, ini adalah problema yang mesti memang harus kita hadapi. Menghadapi yang demikian bukanlah selayaknya dibalas dengan hal yang sama pula. Karena jika dihadapi dengan hal sama, maka hanya akan membuang energi yang ada pada diri kita. Tanpa kita sadari Jika kita tetap untuk melayaninya maka kita telah masuk dalam perangkapnya.. Bahkan kita tergolong sama dengan mereka.
Tetaplah jalin hubungan yang baik, dan tetap beraktivitas sebagaimana biasanya. Dan tetap melakukan kebaikan, adalah solusi yang tepat untuk menghadapinya. Berikut ada sebuah kisah yang sangat bermakna yang dapat kita petik hikmahnya, bahwa kebaikan adalah sebuah senjata untuk melawan keburukan.
Pernah suatu ketika dimana Rasulullah SAW hendak pergi kemesjid untuk melaksanakan shalat Ashar. Ketika dipertangahan jalan ia melewati rumah seorang warga.
Disaat melewati rumahnya seseorang melemparkan plastik kearahnya dan mengenai seluruh pakaian beliau. Beliau mencium baunya, bahwa plastik yang telah dilemparkan adalah berisi air kencing. Rasulullah hanya terdiam dan tidak marah. Sehingga beliau kembali kerumah untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian yang ia kenakan.
Pada keesokan harinya tepat ingin melaksanakan Sholat ashar beliau juga mengalami hal demikian. Dan kembali lagi kerumahnya. Kejadian itu hampir berulangkali dilakukan oleh warga tersebut. Rasululullah tidak pernah menghiraukannya apalagi ingin membalasnya.
Hingga beberapa hari kemudian ketika rasulullah berkumpul dengan para sahabatnya beliau bercerita dan bertanya kepada sahabatnya yang setia. “Dimanakah salah satu warga yang pernah melemparkan air kencing itu kepadaku, beberapa hari ini aku tidak pernah lagi melihatnya”
“Dia sakit ya rasul, dan dia pantas untuk mendapatkannya karena telah melemparmu dengan air kencing” jawab salah satu sahabat dengan nada agak emosi, seakan tidak terima dengan yang dilakukan warga itu kepada Baginda Rasul.
“Suruh dia kemari” Jawab Rasul dengan lembut.
Atas jawaban tersebut, semua sahabat yang hadir tersentak dan heran.
“Untuk apa dia dibawa kemari, Bukankah dia, telah membuatmu susah ya rasul” tanya sahabat lagi.
“suruh dia kemari aku ingin bertemu dirinya” jawab rasul.
Ketika orang yang dimaksud tersebut dijemput dari rumahnya, maka ia menolak untuk menemui Rasul disebabkan rasa takut atas kesalahannya selama ini kepada Rasulullah. Akhirnya para sahabat memaksanya untuk datang menemui Rasulullah.
Saat berhadapan dengan Rasulullah, rasa takut dan malu menyelimuti dirinya. “sakit apa engkau derita wahai saudaraku” tanya Rasulullah dengan lembut. “wahai rasulullah, aku tidak bisa kencing beberapa hari ini” jawabnya penuh dengan rasa takut.
Rasulullah SAW pun berdo’a bermunajat kepada Allah SWT agar disembuhkan penyakitnya. Setelah beliau berdo’a, orang yang pernah melemparkan kencing itu merasakan dirinya telah sembuh dari sakitnya.
Spontan orang itupun memeluk Rasulullah dan menangis. Dengan penuh rasa bersalah orang itu berucap “Ya Rasulullah maafkanlah aku selama ini yang telah membuatmu selalu susah, aku tidak menyangka engkau membalas keburukanku dengan berbuat baik padaku..” semua sahabat yang menyaksikan terharu akan kejadian itu..
Begitulah adanya jika kita membalas keburukan seseorang dengan suatu kebaikan. ***
No comments:
Post a Comment