Lupa merupakan sifat manusiawi. Dengan adanya hal yang baru maka tinggallah yang lama. Dengan arti kata kita bisa lebih fokus mengkaji dan memimpikan sesuatu yang belum tentu keberadaannya. Dan berupaya bagaimana untuk meraihnya. Sehingga kita lupa dengan apa yang ada disekitar kita.
Sebagai manusia, kita tidak akan terlepas dari dua hal, yakni hak dan kewajiban. Jika kita berhubungan antara sesama manusia maka dua hal tersebutlah yang mengikat kita. Apalagi dilingkungan kerja, sekolah, masyarakat dan yang paling dasar adalah keluarga.
Setiap orang pasti pernah menyandang status anak. Pada posisi sebagai anak tentunya hak kita selaku anak pasti telah banyak terpenuhi. Terutama kasih dan sayang. belum lagi pendidikan, dan lain sebagainya. Namun bagaimanakah dengan kewajiban kita selaku anak ??
Banyak cerita maupun kisah sebagai pedoman kita. Baik yang durhaka maupun yang mendapatkan derajat yang tinggi disisi sang khalik. Contoh salah satunya yaitu kisah pemuda yang beribu-bapakan babi.
Namun kali ini juga saya ambil kutipan tentang sebuah kisah dari kitab Durratun Nasihin, yang semoga saja ini menambah kualitas diri kita dalam masalah keimanan, untuk menjadi anak yang berbakti dihadapan orang tua kita.
Dikisahkan, Nabi Sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu samudera yang bergelombang besar. Untuk mencegah gelombang, ia cukup memerintahkan angin agar tenang, dan seketika itu pula tenanglah samudera itu. Suatu ketika nabi sulaiman melihat sesuatu yang aneh didasar laut. Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan jin Ifrit menyelam ke samudera itu sampai ke dasarnya. Jin Ifrit melihat sebuah kubah dari permata putih yang tanpa lubang, kubah itu diangkatnya ke atas samudera dan ditunjukkannya kepada Nabi Sulaiman.
Melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu Nabi Sulaiman menjadi terlalu heran, "Kubah apakah gerangan ini?" fikirnya. Ia ingin membuka kubah tersebut, namun ia tidak menemukan dimana letak untuk membukanya. Nabi sulaiman berdoa kepada Allah agar kubah tersebut bisa terbuka. Atas pertolongan Allah, maka terbukalah kubah tersebut.
Betapa terkejutnya dia begitu melihat seorang pemuda tinggal di dalamnya. "Siapakah engkau ini? Kelompok jin atau manusia?" tanya Nabi Sulaiman keheranan. "Aku adalah manusia", jawab pemuda itu perlahan.
"Bagaimana engkau bisa memperoleh kemulian semacam ini?" tanya Nabi Sulaiman lagi. Kemudian pemuda itu menceritakan riwayatnya sampai kemudian memperoleh kemulian dari Allah yang bisa tinggal di dalam kubah dan berada di dasar lautan.
Diceritakan, ibunya dulu sudah tua dan tidak berdaya sehingga dialah yang memapah dan menggendongnya ke mana dia pergi. Si anak selalu berbakti kepada orang tuanya, dan ibunya selalu mendoakan anaknya. Salah satu doanya itu, ibunya selalu mendoakan anaknya diberi rezeki dan perasaan puas diri. Dan ditempatkan di suatu tempat yang tidak di dunia dan tidak pula di langit.
"Setelah ibuku wafat aku berkeliling di atas pantai. Dalam perjalanan aku melihat sebuah kubah terbuat dari permata. Aku mendekatinya dan terbukalah pintu kubah itu sehingga aku masuk ke dalamnya." Tutur pemuda itu kepada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman yang dikenal banyak berjalan di antara bumi dan langit itu menjadi kagum terhadap pemuda itu. "Bagaimana engkau bisa hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?" tanya Nabi Sulaiman ingin mengetahui lebih lanjut. "Di dalam kubah itu sendiri, aku tidak tahu di mana berada. Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap memberi rezeki kepadaku ketika aku tinggal di dalam kubah."
"Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?" tanya Nabi Sulaiman
"Jika aku merasa lapar, Allah menciptakan pohon di dalam kubah, dan buahnya yang aku makan. Jika aku merasa haus maka keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu."
"Bagaimana engkau mengetahui perbedaan siang dan malam?" tanya Nabi
Sulaiman a.s yang merasa semakin heran. "Bila telah terbit fajar, maka kubah itu menjadi putih, dari situ aku mengetahui kalau hari itu sudah siang. Bila matahari terbenam kubah akan menjadi gelap dan aku mengetahui hari sudah malam." Tuturnya. Selesai menceritakan kisahnya, pemuda itu lalu berdoa kepada Allah, maka pintu kubah itu tertutup kembali, dan pemuda itu tetap tinggal di dalamnya. Itulah keromah bagi seorang pemuda yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
No comments:
Post a Comment