Suatu hari, beberapa orang datang menghadap umar membawa sosok mayat pemuda yang ditemukan mati terbunuh ditengah jalan. Umar berusaha keras mencari keterangan sebab terjadinya pembunuhan itu, namun setelah sekian lamanya Umar belum juga berhasil untuk mengungkapnya. Umar terus berusaha sambil berdoa “ Ya Allah, berilah aku petunjuk untuk mengetahui siapa pembunuhnya”.
Setahun telah berlalu, suatu hari seseorang menemukan seorang bayi tergeletak ditempat terjadinya pembunuhan pemuda tersebut. Bayi itu lalu dibawa kepada Umar. Saat itu umar berkata “Insya ALLAH, akau akan berhasil menemukan pembunuhnya”. Kemudian Umar menyerahkan bayi itu kepada seorang perempuan dengan pesan, “uruslah bayi ini, ongkos perawatannya akan kami berikan kepadamu. Kemudian perhatikan baik-baik siapa orang yang hendak mengambil bayi ini dari tanganmu. Apabila engkau melihat ada perempuan lain yang menciumi dan menyusui bayi ini, cepat beritahukan kepadaku rumah perempuan tersebut.”
Setelah beberapa bulan berlalu, datanglah seseorang budak perempuan kerumah wanita yang menerima titipan bayi itu, lalu berkata “Majikanku menyuruhku datang kepadamu, dan dia meminta agar engkau memperbolehkan aku membawa anak ini kepadanya sebab dia sangat ingin melihatnya. Setelah itu, bayi ini akan kukembalikan lagi kepadamu.” Wanita pengasuh bayi tersebut segera menjawab, “Baiklah, engkau boleh membawa bayi ini, tetapi aku turut pergi bersamamu.”
Budak perempuan dan pengasuh bayi itu berangkatlah menuju kerumah seseorang perempuan yang ingin mengetahui bayi tersebut. Ketika melihat bayi itu, dia segera mengambilnya dari dua orang perempuan yang membawanya, lalu dia menciumi bayi itu dan menyusuinya. Ternyata, perempuan itu putrid sahabat Rasulullah SAW dari kaum anshar yang sudah lanjut usia.
Keesokan harinya, wanita pengasuh bayi itu segera melapor kepada umar. Tanpa membuang-buang waktu, umar segera mengambil sebilah pedang dan kemudian berangkat menuju kerumah perempuan yang menciumi dan menyusui bayi tersebut. Setiba dirumah perempuan itu, umar melihat ayah perempuan tersebut sedang bersandar pada lengan pintu rumahnya.
“Hai fulan, apa sebenarnya yang telah diperbuat oleh anak perempuanmu, si fulanah ? Tanya umar.
“Dia Baik-baik saja,” jawab laki-laki tua itu. “Semoga Allah melimpahkan kebajikan kepadanya. Wahai Amirul Mukminin, dia seorang perempuan yang mengerti kewajibannya terhadap Allah dan terhadap ayahnya. Selain itu, dia juga selalu menunaikan shalat, puasa, dan semua kewajiban agamanya dengan baik”.
Orang tua itu mempersilahkan umar masuk kedalam rumah. Setelah bertemu dengan perempuan yang dimaksud, umar menyuruh keluar semua orang yang ada didalam rumah agar dia dapat berbicara empat mata dengan perempuan itu. Setelah semuanya keluar, sambil mencabut pedang, Umar berkata “Bicaralah terus terang… Kalau tidak, Kupenggal Lehermu ..!!”
“Demi Allah, aku akan berbicara terus terang.” Kata perempuan itu. “Beberapa waktu yang lalu ada perempuan tua datang kepadaku dan tinggal dirumah ini. Dia kuanggap sebagai ibuku sendiri dan dia pun mengurusku sebagaimana seorang ibu, dan aku dipandang olehnya sebagai anak sendiri. Pada suatu hari, dia berbicara kepadaku bahwa dia hendak bepergian jauh. Dia mengatakan bahwa dia memiliki seorang anak perempuan yang dikhawatirkan akan hilang ditengah perjalanan. Oleh karena itu, dia menitipkan kepadaku untuk menjaganya sampai ia pulang kembali.
Lalu dia pergi, dan tidak lama kemudian dia datang membawa seorang remaja berdandan begitu cantik sehingga aku sendiri tidak meragukan bahwa dia seorang gadis. Pada suatu saat, aku lengah dan tertidur tanpa memperdulikan dia. Akan tetapi, pada saat aku sedang tidur, tiba-tiba aku terkejut karena dia sudah berada diatas tubuhku dan menggauliku. Secara kebetulan disebelahku terdapat sebilah pisau, segera kuambil dan kutikamkan kepadanya sampai ia mati.
Setelah itu , secara diam-diam aku menyuruh orang supaya membuang mayatnya ditempat yang telah engkau ketahui itu. Akibat perbuatannya itu aku hamil, dan begitu lahir, bayi itu kubuang ditempat pembuangan mayat ayahnya… Demi Allah, itulah keterangan yang kuberikan kepada engkau tentang dua orang, ayah dan anaknya”.
“Kalau begitu, engkau telah berkata terus terang” kata Umar RA. Setelah berdoa dan menyampaikan pesan-pesan kepada perempuan tersebut. Umar beranjak keluar rumah dan berkata kepada Ayah dari perempuan tersebut. “Berbahagialah engkau, anak perempuanmu memang Benar-benar Anak yang Baik”.
No comments:
Post a Comment