Monday, July 6, 2015

Inilah Kisah Sahabat Nabi Yang Jasadnya Dilindungi Lebah



Kisah Sahabat Nabi - Berikut Kisah Sahabat Nabi Yang Jasadnya Dilindungi Lebah, Ketika perang Uhud selesai para kaum Quraisy Merasa menang dan kegirangan atas kalahnya pasukan muslimin. Mereka berpesta dengan merusak mayat-mayat kaum muslimin yang tewas dalam pertempuran, dengan cara yang sangat keji. Perut mayat-mayat itu mereka belah, matanya dicongkel, telinga dan hidung mereka dipotong.

Bahkan ada seorang di antara mereka tidak puas dengan cara seperti itu. Hidung dan telinga mayat-mayat itu dibuatnya menjadi kalung, lalu dipakai, untuk membalaskan dendam bapak, saudara, atau paman mereka yang terbunuh dalam Perang Badar.

Ketika itu Sulafah binti Sa’ad menunggu kabar keluarganya. Hatinya guncang dan gelisah menunggu kemunculan suami dan ketiga anaknya. Dia berdiri bersama kawan-kawannya yang sedang dimabuk kemenangan. Setelah lama menunggu dengan sia-sia, akhirnya dia masuk ke lapangan pertempuran, sampai jauh ke dalam. Diperiksanya satu per satu wajah mayat-mayat yang bergelimpangan.

Tiba-tiba dia menemukan mayat suaminya terbaring berlumuran darah. Dengan pandangan hampa, dilayangkannya pandangan ke segala arah, mencari anak-anaknya. Tak berapa lama, didapatinya Musafi dan Kilab pun telah tewas. Sedangkan Julas masih hidup, dengan sisa-sisa napasnya.

Dipeluknya tubuh anaknya yang dalam keadaan sekarat itu. Kemudian kepala anaknya itu dia taruh dipahanya, dibersihkannya darah pada kening dan mulut anak itu. Air matanya terkuras oleh penderitaan yang hebat yang dialaminya hari itu. “Siapa lawan yang telah melukaimu, Nak?” Sulafah bertanya sambil mengguncang kepala anaknya. “Siapa?”
Di sela-sela napasnya yang tersengal-sengal, Julas masih mampu menyebut nama, “Ashim bin Tsabit. Dia pula yang membunuh Ayah dan…”Belum habis dia bicara, napasnya telah putus, nyawanya telah dicabut malaikat maut.

Ibu tiga anak itu menangis sekeras-kerasnya. Kemudian, dari mulutnya terlontar sumpah, demi Lata dan Uzza, tidak akan makan dan menghapus air mata, kecuali bila orang Quraisy membalaskan dendamnya terhadap ‘Ashim bin Tsabit, dan memberikan batok kepalanya untuk dijadikan mangkuk tempat minum khamar. Ia menjanjikan seratus ekor unta kepada siapa saja yang bisa membawakan kepala Ashim kepadanya.  

Hingga suatu hari Rasulullah di Madinah memilih 10 orang sahabat untuk melaksanakan suatu tugas penting di Makkah, dan mengangkat ‘Ashim sebagai pemimpinnya. 10 orang pilihan ini kemudian berangkat melaksanakan tugas yang dibebankan Rasulullah kepada mereka. Di antara Osfan dan Makkah, kedatangan mereka diketahui oleh bani Lahyan, mereka mengerahkan 100 orang pemanah ulung untuk mengepung 10 orang sahabat ini yang bersembunyi di sebuah bukit. 

Orang-orang kafir itu berkata, "Kami tidak ingin menumpahkan darah kalian di tanah kami, kami hanya ingin membawa kalian ke Makkah untuk ditukar dengan harta. Ikutlah bersama kami, kami tidak akan membunuh kalian."

Ashim sebagai pimpinan memberi semangat pada teman-temannya, "Tidak diragukan lagi, orang-orang ini telah mengkhianati kita, janganlah kalian lemah, ketahuilah bahwa kesyahidan adalah ghanimah, Allah yang kita cinta bersama kita, dan para bidadari menunggu kita di surga."

Kemudian ia menghambur maju menyerbu musuh dengan lembingnya. Ketika lembingnya patah, ia ganti menyerang dengan pedangnya. Tetapi keadaan yang sangat tidak seimbang membuat dirinya roboh penuh luka. Tetapi sebelum kesyahidan menjemputnya, ia berdoa dengan nafas terputus-putus, "Ya Allah, sampaikanlah berita kami kepada Rasulullah SAW, Ya Allah, aku telah mengorbankan diri di jalanMu yang benar, selamatkanlah kepalaku dari tangan-tangan kotor orang kafir itu."

Sebelumnya Ashim memang telah mendengar “sayembara” yang diadakan oleh Sulafah untuk memperoleh kepalanya. Dan Allah mengabulkan doa Ashim ini, Allah memberitahu Nabi SAW tentang keadaan Ashim, melalui doanya.  Allah juga mengirimkan sekelompok lebah mengerubuti tubuh Ashim, sehingga mereka tidak bisa menyentuh jasadnya apalagi memenggal kepalanya, mereka berharap akan bisa melakukan malam atau esok harinya setelah lebah-lebah itu menyingkir. Tetapi malam harinya Allah mengirimkan hujan deras yang menimbulkan banjir, sehingga jasad Ashim hanyut terbawa dan tidak bisa ditemukan oleh orang-orang kafir tersebut. 

Allahu Akbar !!


No comments:

Post a Comment