Kisah ini hanya diangkat ketika Hasan bin Sofyan Asy-Syaibani sedang menuntut ilmu hadis di Mesir dengan delapan sahabatnya. Beliau berasal dari Afrika Utara (Maghribi), karena bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu hadis, beliau menjadi seorang ulama mujtahidin yang terkenal pada masanya. Untuk riwayat hidup beliau, saya belum menemukan dan menurut keterangan yang saya dapat dari kitab "Pendekatan Diri Kepada Allah" karangan KH. Muhammad Zein Syukri, bahwa Hasan bin Sofyan berasal dari Magribi, Afrika Utara.
Pada zaman kerajaan Ahmad bin Ibn Tulun (154 H-270 H), Sultan Ahmad Ibn Tulun pernah mendirikan sebuah masjid yang sangat megah dan indah di Mesir dan masjid itu diberi nama "Masjid Ibn Tulun" yang didirikan seratus tahun sebelum Masjid Al-Azhar, Mesir. Masjid Ahmad Ibn Tulun bukan saja hanya dipergunakan untuk melakukan ibadah sholat saja, namun juga dipergunakan untuk tempat menuntut ilmu, salah satunya adalah ilmu hadist. Masjid yang beliau bangun tersebut memiliki guru-guru besar dan murid-muridnya banyak yang berasal dari luar, salah satunya dari Afrika Utara (Magribi).
Di antara para penuntut ilmu itu, ada sembilan orang bersahabat dan salah seorang dari mereka bernama Hasan bin Sofyan Asy-Syaibani, kemudian beliau menjadi ulama ahli hadist (mujtahidin) yang sangat terkenal. Allah Subhanu wa ta'ala senantiasa dekat, melihat dan mendengar setiap perbuatan dan perkataan hamba-hambanya yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu , tanpa terkecuali sembilan pemuda miskin yang menuntut ilmu tersebut.
Kira-kira pada akhir bulan Sya'ban, mereka kehabisan bekal dan tak memiliki uang untuk belanja keperluan pada bulan Ramadhan. Ketika raja telah menetapkan tentang awal Ramadhan dan rakyat bersiap-siap untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan, kesembilan pemuda yang miskin ini mulai mengikat dengan erat perut mereka dengan sorbannya untuk menahan lapar. Mereka tidur dalam masjid sambil menunggu ketentuan nasib mereka, karena tidak ada makanan untuk menyambut malam pertama bulan Ramadhan itu. Akhirnya bermusyawaralah mereka:
"Bagaimana ikhtiar kita untuk menyongsong kedatangan Ramadhan. Bekal kita sudah tidak ada lagi, sedangkan pelajaran dalam bulan ini semakin meningkat." kata salah seorang diantara mereka.
Akhirnya, karena terpaksa, mereka memutuskan akan meminta sedekah dengan cara bergantian. Jika seorang diantara mereka mengemis, maka yang delapan orang meneruskan kegiatan menuntut ilmu. Setelah diundi, maka giliran pertama jatuh kepada Hasan bin Sofyan. Menjelang Ashar, Hasan bin Sofyan yang dalam keadaan lemah berada di dalam masjid karena puasa pertama tidak makan sahur, bahkan empat hari sebelumnya hanya makan apa adanya. Ia sudah bersiap-siap untuk mengemis.
Sebelum keluar dari masjid, Hasan bin Sofyan terlebih dahulu menuju ke mihrab Masjid Ibn Tulun. Dia sholat dua rakaat. Lama dia sholat dan ketika sujud yang terakhir lama pula dia bersujud. Dia menangis dalam sujud itu. Dia mengadukan nasibnya kepada Allah Swt. Sebelum dia meminta pertolongan kepada orang lain, beliau terlebih dahulu meminta pertolongan kepada Allah. Dalam sujudnya beliau berdo'a:
"Tolonglah ya Allah, bukakanlah hati makhluk-Mu kepada kami, kepada sembilan orang hamba-Mu yang sekarang tengah kelaparan, sedang kedatangan kami ke negeri ini hanya semata-mata menuntut ilmu, yaitu ilmu hadist nabi-Mu dan utusan-Mu."
Setelah selesai sholat, Hasan bin Sofyan belum berdiri dan dia kemudian berdo'a lagi,
"Sebelum hamba-Mu ini dipermalukan oleh di antara makhluk-Mu yang tidak terbuka hatinya kepada kami orang miskin ini, kepada Engkau kuhadapkan mukaku ini, hanya Engkau yang menentukan rezeki semua makhluk-Mu dan hanya Engkau yang membukakan hati semua manusia."
Hati Hasan bin Sofyan Asy-Syaibani merasa pilu. Dia menangis tersedu-sedu, sambil menyebut nama Allah (Asma'ul Husna), nama Tuhan yang baik dengan penuh keikhlasan dan ketawakalan. Selesai sholat, delapan sahabatnya telah menunggu untuk mengantarnya pergi mengemis, menadahkan tangan kepada manusia. Tiba-tiba dengan tidak disangka-sangka, seorang pemuda yang tampan wajahnya, kokoh badannya, dan pantas pakaiannya, masuk kedalam masjid dan langsung menanyakan nama Hasan bin Sofyan. Para sahabatnya langsung mengarahkan pandangannya kepada beliau dan Hasan pun dengan segera menjawab, "Saya Hasan bin Sofyan, apakah maksud saudara menanyakan saya?"
Halaman: 1
No comments:
Post a Comment