Saturday, August 8, 2015

Seandainya Muhammad Meludahiku Aku pasti Mati !



Cerita Kisah Islam akan menukilkan, sebuah kisah yang sangat menakjubkan, betapa luka goresan kecil dapat membunuh Ubay bin Khalaf. Semoga kisah ini memberikan inspirasi dan menambah keimanan kita kepada Allah SWT.

Seandainya Muhammad Meludahiku Aku pasti Mati !! itulah kalimat yang dikatakan oleh Ubay bin Khalaf. Ubay bin Khalaf adalah seorang tokoh pembesar Quraisy yang kaya raya, yang selalu aktif mengejek dan menghina Muhammad dengan kekayaannya. Dan ia ingin sekali membunuh Nabi Muhammad SAW.   

Hingga Suatu Hari Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah untuk membangun kekuatan Islam, ditambah lagi disaat itu Ummat Islam selalu tertindas. Ubay bin Khalaf pernah berkata kepada Nabi SAW., “Aku telah memelihara seekor kuda dengan memberinya cukup makan. Dan dengan kuda itu aku akan membunuhmu hai Muhammad!”. Namun Sahut Nabi SAW dengan Mantap dan Penuh keyakinan, “Insya Allah, akulah yang akan membunuhmu!”

Ketika terjadi perang Uhud, Ubay bin Khalaf mencari Nabi SAW. dan berkata, “Jika hari ini Muhammad lolos dariku, pasti aku akan celaka!” Ketika ia menemukan Nabi SAW., para sahabat hendak membunuhnya dari jauh, tetapi Nabi SAW. mencegahnya, “Biarkan ia mendekat.”

Ketika Ubay sudah mendekat, Nabi SAW. menarik sebilah tombak dari salah seorang sahabat, lalu beliau melemparkannya ke arah Ubay dan berhasil menggores lehernya. Meskipun hanya tergores sedikit, Ubay terjatuh dari kudanya beberapa kali dan jatuh bangun. Lalu ia berlari kepada pasukannya sambil berteriak, “Demi Tuhan! Dia (Nabi SAW.) telah membunuhku!” Meskipun teman-temannya menenangkannya dengan berkata, “Jangan khawatir, itu hanya goresan.”

Namun ia tetap meyakini ucapan Nabi SAW. ketika di Makkah, bahwa beliau akan membunuhnya. “Demi Tuhan! SeandainyaMuhammad hanya meludahiku pun, aku pasti akan mati olehnya!” Ubay bin Khalaf terus berteriak dan meraung-raung seperti seekor sapi jantan.

Abu Sufyan yang pada saat itu sebagai panglima perang mereka, berusaha membujuk Ubay dan berkata, “Itu hanya goresan, tidak perlu kamu takut.” Jawabnya, “Tahukah kamu, siapakah yang telah melukaiku ini? Dia adalah Muhammad! Aku bersumpah demi Latta dan Uzza! Seandainya penderitaanku ini dibagikan ke seluruh orang Hijaz, niscaya mereka akan binasa! Di Makkah, Muhammad (SAW.) pernah berkata kepadaku bahwa ia akan membunuhku, dan ketika itu juga hatiku merasa yakin bahwa aku akan mati di tangannya. Aku tidak dapat lari darinya. Jika setelah berkata seperti itu Muhammad meludahiku saja, pasti aku akan mati di tangannya.” Dalam perjalanan pulang setelah peperangan usai, sehari sebelum tiba di Makkah, Ubay bin Khalaf pun mati.

Friday, August 7, 2015

Kisah Sahabat Nabi : Karomah Sa’ad Bin Mu’az RA



Sa'ad Bin Mu'az RA adalah tokoh figur Bani Asyhal dari Bani Anshor ia memiliki pengaruh yang sangat besar untuk kaumnya. Sehingga ia dijuluki dengan Abu Amir. Saad bin Muaz RA masuk islam melalui utusan yang dikirim oleh Nabi kemadinah Bernama Mush’ab bin Umair RA. Setelah Saad Masuk Islam, dia lansung mengajak Kaumnya Untuk masuk Islam. Demikian besar pengaruhnya Saad Bin Muaz Terhadap Kaumnya.

Namun Hal yang paling luar biasa adalah semangat juangnya membela Rasul Dan Agama Yang dipegangnya. Pernah ketika Rasul  mengumpulkan sahabat-sahabatnya dari golongan Muhajirin dan Anshar untuk bermusyawarah. Dalam menghadapi perang Badar

Dihadapkannya wajah Saad bin Mu’adz yang mulia oleh Rasulullah ke arah orang-orang Anshar seraya katanya, “Kemukakanlah buah fikiran kalian, wahai sahabat…!”

Maka, bangkitlah Saad bin Mu’adz dan berkata, “Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepada Anda, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang Anda bawa itu adalah hal yang benar, dan telah kami berikan pula ikrar dan janji-janji kami. Maka, laksanakanlah terus, wahai Rasulullah, apa yang Anda inginkan dan kami akan selalu bersama Anda. Dan, demi Allah yang telah mengutus Anda membawa kebenaran, seandainya Anda menghadapkan kami ke lautan ini, lalu Anda menceburkan diri ke dalamnya, pastilah kami akan ikut mencebur. Tak seorang pun yang akan mundur dan kami tidak keberatan untuk menghadapi musuh esok pagi! Sungguh kami tabah dalam pertempuran dan teguh menghadapi perjuangan, Dan, semoga Allah akan memperlihatkan kepada Anda dengan tindakan kami yang menyenangkan hati. Maka, marilah kita berangkat dengan berkah Allah Taala.”

Mendengar perkataan Sa'ad yang mengharukan itu, Rasulullah SAW bangga dan gembira, lalu kepada kaum muslimin mengatakan,
“Marilah kita berangkat dan besarkan hati kalian, karena Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu di antara dua golongan! Demi Allah, sungguh seolah-olah tampak olehku kehancuran orang-orang itu.(orang Kafir Quraisy)”

Demikian semangatnya dalam membela Agama Yang mulia ini Yakni “Agama Islam”. Sehingga Allah Juga memberikan Karomah (keistimewaan) yang sangat Luar biasa kepadanya.

Berikut kisah riwayat tentang Karomah Sa’ad Bin Mu’az RA, semoga kisah dan riwayatnya dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Kisah Pertama

Sa'ad bin Abi Waqash r.a. menceritakan bahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz wafat setelah perang Khandaq, Rasulullah Saw tergesa-gesa keluar, sampai memutuskan tali sandal seseorang dan tidak membetulkannya, tidak melilitkan kembali selendangnya yang terurai, dan tidak menyapa seorang pun. Orang-orang bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau mengabaikan kami?" Beliau menjawab, "Aku khawatir malaikat mendahului kita untuk memandikan jenazah Sa'ad bin Mu`adz, seperti halnya ia mendahului kita memandikan jenazah Hanzhalah." (Riwayat Abu Na'im)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada perang Khandaq, mata Sa'ad bin Mu'adz terkena tombak yang dilemparkan Hayyan bin Arqah. Tenda untuk Nabi Saw. telah dipasang di dalam masjid karena beliau akan segera kembali dari perang. Sewaktu Nabi Saw. pulang dari Khandaq, beliau melepas baju besinya, kemudian mandi. Ketika beliau sedang mengibaskan debu di kepalanya, Jibril datang lalu berkata, "Engkau telah melepas baju besimu. Demi Allah, jangan melepasnya dulu, temuilah mereka!" Nabi Saw bertanya, "Ke mana?" Jibril menunjuk ke arah perkampungan Band Quraizhah. Rasulullah Saw segera menuju ke sana. Mereka bertempur untuk menegakkan keadilan atas Sa'ad. Rasulullah berkata, "Sungguh aku akan menghukum mereka, mengobarkan peperangan, menawan para wanita dan anak-anak, juga membagi harta kekayaan mereka." Kemudian Sa'ad berdoa, "Ya Allah, Engkau Maha Tahu, tidak satu pun yang begitu ingin aku perangi karena Engkau selain kaum yang mendustakan dan mengusir Rasul-Mu. Ya Allah, aku sungguh yakin bahwa Engkau telah mengobarkan peperangan di antara kami dan mereka. Jika masih ada peperangan dengan kaum Quraisy, beri aku kesempatan untuk memerangi mereka karena Engkau. Jika Engkau mengobarkan peperangan, izinkan aku mengikutinya dan biarkan aku mati di sana." Malam itu, peperangan dengan Bani Quraizhah berkobar, akhirnya Sa'ad bin Muadz wafat karenanya. (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah)

Kisah ke-2

Dikisahkan pula bahwa pada saat perang Ahzab (Khandaq), mata Sa'ad bin Mu`adz terkena tombak sehingga mengucurkan banyak darah. Sa'ad berdoa, "Ya Allah, jangan cabut nyawaku agar mataku tetap terbuka sampai di tempat Bani Quraizhah." Lalu ia menahan pembuluh darah di matanya, tetapi tidak keluar setetes pun darah, sampai kaum muslimin memerangi Bani Quraizhah. Seusai perang, pembuluh darah di mata Sa'ad bin Mu`adz pecah, dan ia menemui ajalnya. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Jabir r.a.)

Rasulullah Saw pernah bersabda tentang Sa'ad bin Mu'adz, "Sa'ad telah menggoncangkan 'Arsy, dan jenazahnya diantar 70.000 malaikat." (HR Al-Baihagi dari Ibnu `Umar r.a.)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Jibril menemui Nabi Saw lalu bertanya, "Siapakah hamba saleh yang wafat sehingga pintu-pintu langit terbuka untuknya dan `Arsy bergetar?" Nabi kemudian keluar, ternyata Sa'ad bin Mu`adz telah wafat. (HR Al-Baihaqi dari Jabir r.a)

Rafi` al-Zargi menceritakan bahwa salah seorang kaumnya memberitahu bahwa Jibril telah mendatangi Nabi Saw di tengah malam dengan mengenakan ikat kepala dari sutra tebal, lalu Jibril bertanya, "Jenazah siapa gerangan yang telah membuka pintu langit dan menggoncangkan Arsy?" Beliau segera berdiri menemui Sa'ad bin Mu'adz dan menemukannya telah gugur. Dalam riwayat lain Hasan Al-Bashri berkata, "Sa'ad bin Mu`adz telah menggoncangkan 'Arsy Zat Yang Maha Pengasih, karena gembira dengan kedatangan ruhnya." (Kedua riwayat ini diceritakan oleh Al-Baihaqi)

Muslimah bin Aslam bin Harisy bercerita, "Rasulullah Saw memasuki rumah Sa'ad, tetapi tak ada seorang pun di dalamnya kecuali Sa'ad yang ditutupi kain. Kemudian aku melihat beliau melangkah dan memberi isyarat kepadaku agar berhenti. Aku berhenti dan mundur ke belakang, beliau duduk sebentar lalu keluar. Aku berkata, `Ya Rasulullah, aku tidak melihat seorang pun di sana, namun aku melihatmu melangkah.' Beliau menjawab, Aku tidak bisa duduk, sampai salah satu malaikat melepaskan salah satu sayapnya."' (HR Ibnu Sa'ad)

Riwayat lain menceritakan hahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz wafat, Rasulullah Saw menggenggam kedua lutut Sa'ad lalu berkata, "Malaikat masuk, tetapi tidak mendapatkan tempat duduk, maka aku lapangkan tempat untuknya." Ketika orang-orang mengusung jenazah Sa'ad bin Mu'adz yang pada masa hidupnya ia adalah orang yang paling besar dan tinggi, salah seorang munafik berkata, "Kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada hari ini." Lalu Nabi Saw bersaada, "Jenazah Sa'ad bin Mu'adz disaksikan 70.000 malaikat yang tidak menginjak bumi sama sekali." (Riwayat Abu Na'im dari Asy'at bin Ishaq bin Sa'ad bin Abi Waqash)

Kisah Ke-3

Diceritakan pula bahwa ketika mengusung jenazah Sa'ad, orang-orang mengatakan, "Ya Rasulullah, kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada ini." Beliau menjelaskan, "Kalian merasa ringan, karena malaikat telah turun tangan, padahal sebelumnya mereka belum pernah ikut mengusung jenazah bersama-sama kalian." (Riwayat Ibnu Sa'ad dari Mahmud bin Lubaid)

Muhammad bin Syarahbil bin Hasanah menceritakan bahwa pada hari itu, orang-orang mengambil tanah kuburan Sa'ad dan membawanya pulang. Setelah pulang, mereka melihat tanah tersebut telah berubah menjadi minyak wangi. Rasulullah Saw berkata, "Maha Suci Allah, Maha Suci Allah." Lalu beliau mengusapkan minyak wangi itu ke wajahnya dan berkata lagi, "Segala puji hanya bagi Allah, kalau ada orang yang selamat dari himpitan kubur, Sa'ad lah orangnya. Ia dikenai satu himpitan, kemudian Allah membebaskannya." (HR Ibnu Sa'ad dan Abu Na'im dari jalur Muhammad bin Munkadir)

Anni Sa'id al-Khudri r.a. berkata, "Aku ikut menghadiri pemakaman Sa'ad. Setiap kami menggali sebongkah tanah kuburnya, kami mencium harum minyak wangi." (Riwayat Ibnu Sa'ad)

Monday, August 3, 2015

Kisah Sahabat Nabi : Karomah Hanzhalah RA



Hanzhalah bin Abu Amir adalah anak pemimpin suku Aus yang terbilang orang kaya diMadinah. Beliau adalah Salah seorang sahabat yang setia dan juru tulis Rasulullah SAW yang terkenal. Ketika peperangan Uhud meletus beliau baru saja dinikahkan. Oleh karena itu Rasulullah mengecualikan beliau dari turut serta ke medan peperangan. Inilah cara Rasulullah untuk merayakan kebahagiaan sahabat baginda.

Namun ketika Hanzalah terjaga dari tidurnya, beliau mendengar gendang perang dibunyikan begitu kuat sekali. Melalui seorang sahabatnya beliau mendapat berita bahwa tentera Islam mendapat tantangan yang hebat dan dalam keadaan terlalu genting.

Tanpa membuang waktu lagi Hanzalah lalu memakai pakaian perang lalu mengambil pedang. Dia menuju ke medan tempur tanpa sempat mandi junub.

Maka terjadilah pertempuran hebat sehingga banyak dari pihak Islam yang gugur syahid. Pihak musuh telah menyerang dari belakang. Pasukan islam mengalami kekalahan akibat tidak mematuhi Pesan Rasulullah Akhirnya Hanzalah turut menjadi korban dalam keadaan sedang junub.

Karomah Yang Allah berikan kepada sahabat Nabi ini merupakan sebuah keistimewaan yang sungguh luar biasa. Ketika Jenazahnya terbujur kaku diatas tanah ternyata Rasulullah Melihat jenazah Hanzhalah dimandikan oleh para Malaikat diantara langit dan bumi dengan air hujan yang ditempatkan dalam tempayan yang terbuat dari perak.
Lalu Abu Usaid al-Sa`idi berkata, "Ketika Kami pergi melihat Jenazah Hanzhalah, kami dapatkan kepalanya meneteskan air”.

Semoga Kisah karomah Hanzhalah ini memberikan Inpirasi bagi kita untuk meningkatkan iman dan amal ibadah kita kepada Allah. Insya Allah..

Sunday, August 2, 2015

Kisah Sahabat Nabi : Karomah Zaid bin Haritsah RA



Zaid bin Haritsah berasal dari kabilah Kalb yang menghuni sebelah utara jazirah Arab. Di masa kecilnya, ia ditangkap oleh sekelompok penjahat yang kemudian menjualnya sebagai seorang budak. Kemudian dia dibeli oleh keponakan Khadijah (isteri Pertama Nabi SAW) yang bernama Hukaim bin Hisyam dan menghadiahkannya kepada beliau. Ketika itu Nabi sudah menikah dengan khadijah. Nabi SAW memerdekakannya dan menjadikannya sebagai anak angkat.

Sebagai anak, zaid bin Harisah mendapat kasih sayang langsung dari Nabi SAW. Beliau menjadi anak yang berakhlak tinggi kecintaannya kepada Nabi sangat besar. Ia lebih utamakan Nabi sebagai Orang tuanya dibandingkan Orang tua kandungnya.

Berikut kisah karomah sahabat Nabi bernama Zaid bin Kharitsah, semoga kisahnya menambah keimanan kita untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT.

Kisah nya

Zaid bin Kharitsah al-Anshari adalah keturunan Bani Harits bin Khazraj. Ia wafat pada masa 'Utsman. Setelah jenazahnya dibungkus kain kafan, terdengar suara keras dari dalam dadanya, "Terpujilah Muhammad, terpujilah Muhammad dalam lauh mahfuzh. Benarlah Abu Bakar al-Shiddiq, benarlah Abu Bakar al-Shiddiq yang lemah jiwanya tetapi teguh menegakkan perintah Allah, dalam lauh mahfuzh. Benarlah `Umar bin Khattab, benarlah `Umar bin Khattab yang kuat lagi tepercaya dalam lauh mahfuzh. Benarlah `Utsman bin Affan, benarlah `Utsman bin Affan yang mengatur sistem mereka. Enam tahun setelah ini akan muncul berbagai fitnah, yang kuat memangsa yang lemah, tanda-tanda kiamat muncul, dan akan datang dari pasukan kalian, berita tentang sumur Aris (sebuah sumur di Madinah)." Kemudian ada seorang lakilaki dari Bani Khathmah meninggal. Jenazahnya dikafani dengan bajunya, lalu terdengar suara keras dari dalam dadanya, "Benarlah, benarlah apa yang telah dikatakan oleh Zaid dan Bani Harits bin Khazraj." (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Sa'id bin Musayyab)

Al-Baihaqi menjelaskan cerita tentang sumur Aris, "Nabi Saw membuat sebuah cincin kemudian memakainya, lalu cincin itu dipakai Abu Bakar, disusul `Umar, dan terakhir `Utsman, sampai kemudian cincin itu jatuh ke sumur Aris pada tahun keenam pemerintahan `Utsman. Sejak saat itu, kinerja Utsman berubah dan sebab-sebab fitnah muncul, seperti yang telah dikatakan jenazah Zaid bin Kharitsah enam tahun sebelumnya."

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa sahabat rasulullah yang mampu berbicara setelah meninggal dunia adalah Kharitsah bin Zaid, sebagaimana diceritakan oleh Nu'man bin Basyir. Kharitsah bin Zaid adalah salah seorang pemimpin kaum Anshar. Suatu hari, ketika ia melewati sebuah jalan di Madinah antara waktu zuhur dan asar, mendadak ia jatuh, lalu wafat. Mendengar berita wafatnya Kharitsah, kaum Anshar mengetahui mendatanginya dan membawanya ke rumahnya, mengafaninya dengan pakaian dan dua buah selendang. Kaum Anshar baik laki-laki maupun perempuan menangisi kematiannya. Jenazah Kharitsah dibiarkan terbungkus kain kafan dalam waktu lama, karena orang-orang meratapi kematiannya yang mendadak, sehingga mereka tidak menyegerakan pemakamannya. Pada waktu antara magrib dan isya, orang-orang mendengar suara mengatakan, "Diamlah kalian semua! Diamlah kalian semua!" Mereka mencari asal suara itu, ternyata suara itu muncul dari bawah pakaian yang ditutupkan ke jenazah Kharitsah. Lalu mereka membuka penutup wajahnya, tiba-tiba jenazah Kharitsah berkata, "Muhammad adalah urusan Allah, seorang nabi yang ummi, penutup para nabi yang tidak ada nabi setelahnya. Sebagaimana yang ditetapkan dalam lauh mahfuzh." Lalu berkata lagi, "Benarlah, benarlah." Lalu berkata, "Ini adalah utusan Allah, semoga keselamatan, rahmat, dan barakah Allah senantiasa dilimpahkan atasmu ya Rasuullah, begitu juga rahmat dan barakah Allah." Kemudian ia wafat kembali seperti semula. (Riwayat Al Thabrani).

Riwayat ini dikutip dari kitab saya (penulis), Hujjatullah `ala al-'Alamin. Dalam kisah itu, seolah-olah Kharitsah bin Zaid melihat ruh Nabi Saw hadir di sampingnya. Ia hanya menyebutkan tiga khalifah setelah Rasulullah Saw. wafat dan memuji mereka, tetapi tidak menyebutkan Ali, karena ketika itu Ali belum menjabat khalifah. Kemudian aku mengecek hal tersebut dalam kitab Usud al-Ghabah karya Ibnu Atsir pada bab tentang biografi Kharitsah bin Zaid al-Khazraji. Saya melihat ada perbedaan pendapat tentang tokoh dalam kisah ini, apakah Kharitsah bin Zaid atau Zaid bin Kharitsah. Di akhir pembahasannya, Ibnu Atsir mengatakan bahwa pendapat yang benar adalah Zaid bin Kharitsah.