Showing posts with label Nabi Musa. Show all posts
Showing posts with label Nabi Musa. Show all posts

Tuesday, March 8, 2016

Tak Selamanya Perpisahan itu Tanda tak Cinta





Tiga kali sudah Nabi Musa ‘Alaihi Salam mempertanyakan kelakuan Nabi Khidir ‘Alaihi Sallam yang jika dilihat sepintas lalu, sangatlah menyimpang dari norma-norma agama. Maka akibat dari ketidaksabarannya itu, Nabi Musa harus menerima konsekuensi berpisahnya ia dengan Nabi Khidir.

“Inilah saat perpisahan antara saya dengan engkau”. Ungkap Nabi Khidir ‘Alaihi Salam.

Kisah Nyata: Tidak Selamanya Perpisahan Itu Tanda Tak Cinta

Nabi musa pada awalnya hendak menimba ilmu dengan mengikuti kemana Nabi Khidir pergi. Nabi Khidir pun menerima Nabi Musa sebagai muridnya dengan syarat ia harus bersabar dan tidak mempertanyakan apa pun yang dilakukannya. Namun kesepakatan ini dilanggar oleh Nabi Musa hingga tiga kali. Maka pada kali ketiganya itu, habislah sudah kesempatan Nabi Musa untuk mengikuti Nabi Khidir.

Kedua Nabi itu akhirnya berpisah. Bukan perpisahan yang dilandasi kebencian, bukan pula karena adanya dendam, kemarahan dan sakit hati. Perpisahan itu murni karena dipegang teguhnya kesepakatan dan perjanjian antara dua belah pihak. Kedua manusia pilihan Allah itu memutuskan sesuatu setelah tercapai azam dan bertawakal pada Allah.

Nabi Musa tidaklah membenci Nabi Khidir yang memutuskan kebersamaan mereka berdua. Nabi Khidir pun tak menyimpan marah dalam hati karena telah diprotes sebanyak tiga kali oleh muridnya. Bahkan sebelum berpisah, keduanya saling meminta dan memberi nasihat dalam kebaikan dan takwa.

Inilah perpisahan yang dilandasi oleh rasa cinta. Inilah perpisahan yang dilandasi kebenaran dan kemaslahatan masing-masing pihak. Tak ada luka yang tertoreh dalam perpisahan seperti ini. Tiada pula duka nestafa serta air mata yang mengiringi. Perpisahan seperti kisah ini adalah perpisahan yang sangat indah, karena merupakan perpisahan Qur’ani yang diilhami wahyu Illahi Robbi.

Perpisahan yang dijelaskan Robb semesta alam dalam surat Al Kahfi itu harusnya menjadi pedoman kita dalam kehidupan sehari-hari. Andaikata setiap perpisahan berselimutkan pada cinta, maka takkan ada perceraian yang menghembuskan angin derita. Ketidakbersamaan badan tidak akan mengakibatkan ketidak akuran hati. Raga masing-masing boleh berpisah namun jiwa masih bersatu dalam tiap lantunan do’a memohonkan kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat bagi dia yang tidak lagi bersama.

Bisakah umat muslimin berjiwa besar seperti itu? Bisakah diri kita seperti itu?

Jika ya, yakinlah bahwa kebesaran hati seperti itu akan membawa kita menjadi orang yang besar. Orang yang mampu menjadi pengayom bagi mereka yang dipimpinnya. Orang yang mampu tetap mencintai walau raga telah dipisahkan alur kehidupan. 

Sunday, December 20, 2015

Teman Nabi Musa di Surga




Teman Nabi Musa As Di Surga
Suatu ketika, Nabi Musa AS berdoa, “Ya Allah, tunjukanlah salah seorang teman dudukku di surga!!”

Maka Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk datang ke pasar di suatu tempat yang agak jauh, di sana terdapat seorang lelaki penjual daging (tukang jagal) dengan ciri-ciri yang dijelaskan secara rinci, yang nantinya akan menjadi teman beliau di surga. Nabi Musa segera menuju pasar itu dan dengan mudah menemukan orang yang dimaksud.

Nabi Musa dengan sabar menunggu orang tersebut menyelesaikan pekerjaannya hingga menjelang petang, sambil memperhatikan aktivitasnya. Ketika akan pulang, Nabi Musa menghampiri dirinya, yang tampaknya tidak mengenal beliau sebagai utusan Allah yang syariat dan ajarannya diikutinya itu. Beliau berkata, “Apakah tuan bersedia menerima saya sebagai tamu? Saya sedang dalam perjalanan (musafir)!!”

“Baiklah, marilah kita pulang!!”

Nabi Musa mengikutinya berjalan pulang. Sesampainya di rumah, ia memasak daging yang dibawanya dengan kuah yang sangat lezat dan sebagian disuguhkannya kepada Nabi Musa. Dari sebuah ruangan, lelaki itu mengeluarkan sebuah tempat (wadah) besar yang di dalamnya ada seorang wanita tua yang lumpuh, begitu lemahnya sehingga ia tampak seperti anak burung merpati yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Lelaki itu mengambil dan memangku wanita tua itu, lalu menyuapinya dengan telaten hingga merasa kenyang. Setelah itu ia membersihkan (mengelap dengan air) dan mengganti bajunya dengan yang bersih dan menempatkannya di tempat (wadah) semula. Selanjutnya ia mencuci baju kotor wanita tua itu dan menjemurnya. Sebelum ia membawa wadah tersebut ke ruangannya kembali, tampak bibir wanita tua itu bergerak-gerak, tampaknya ia sedang berdoa, yang Nabi Musa bisa ‘membaca’ gerak bibirnya, “Ya Allah, jadikanlah anakku ini sebagai teman duduk Nabi Musa di surga!!”

Setelah lelaki itu duduk kembali menghadapi tamunya, Nabi Musa berkata, “Siapakah wanita tua itu?”

Lelaki itu berkata, “Dia adalah ibuku yang sangat lemah karena telah lumpuh, hanya bisa berbaring saja!!”

Nabi Musa berkata, “Bergembiralah engkau, aku adalah Musa, dan telah diwahyukan kepadaku bahwa engkau adalah temanku di surga, berkat apa yang engkau lakukan dengan baik kepada ibumu itu!!”

Lelaki itu sangat gembira dan bersyukur kepada Allah mendengar ucapan Nabi Musa itu, dan makin istiqomah dalam merawat ibunya itu.

Friday, July 11, 2014

Kisah Nabi Musa Dengan Seorang Pezina



Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau perhiasan yang melekat ditubuhnya. Kulit yang bersih badan yang ramping dan roman mukanya yang cantik dan ayu, tidak sama sekali dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah ia rasakan yang telah mengkoyak kehidupannya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam, "Silakan masuk."

Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya menunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah aku. Do'akan aku agar Tuhan mengampuni dosa keji saya."

"Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa terkejut.

"Saya takut mengatakannya. "jawab wanita itu

"Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa.

Maka perempuan itupun dengan terpatah-patah ia bercerita tentang masalah yang terjadi pada dirinya.

"Saya...telah berzina!"

Kepala Nabi Musa a.s terangkat, hatinya tersentak. kemudian perempuan itu meneruskan ceritanya.

"Dari perzinaan itu saya pun...lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya...cekik lehernya sampai...mati," ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya.

Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan raut muka yang sangat marah ia menghardik wanita itu, "Perempuan bejad, pergi kamu dari sini! agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"... teriak Nabi Musa sambil memalingkan mukanya karena jijik melihat wanita itu.


Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh lantak segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau kemana lagi melangkahkan kakinya, Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya bagaiman pula dengan manusia lainnya yang bakal menolongnya. Terbayang olehnya betapa besar dosanya, batapa keji perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa a.s.


Sang Ruhul Amin Jibril bertanya kepada Nabi Musa,

"Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?"

Nabi Musa terperanjat, "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina itu?"

Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.

"Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada dosa perempuan yang nista itu?"

"Ada!" jawab Jibril dengan tegas.

"Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran.

Jibril menjawab, "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina."


Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyadari orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sholat itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya.Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah dirinya.

Sedang orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada dijalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.


Dalam hadis Nabi Saw, disebutkan: "Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Alquran, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya didalam ka'bah."

Dalam hadis lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadhonya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari diakhirat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.

Demikianlah KISAH NABI MUSA DAN WANITA PEZINA dan dua hadis Nabi Saw, mudah-mudahan dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Apalagi kita sekarang berada di bulan yang penuh ampunan ini, yakni bulan suci Ramadan. Mari kita tingkatan keimanan serta senantiasa bertaubat kepada Allah SWT. Kepada Saudara kita yang belum juga sampai hari ini belum sholat, mari kita nasihati dengan baik dan penuh kesabaran, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita agar tetap istiqomah dalam ketaatan dan saudara-saudara kita yang lain. amin ya Robbal "alamin

SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIIK