Friday, June 27, 2014

Kisah Tiga Orang Musafir yang Berdoa dan Bertaubat


Pada zaman dahulu, ada tiga orang dari umat sebelum kita sedang berjalan untuk suatu hajat. Kemudian mereka mendapatkan sebuah gua yang dapat dimanfaatkan untuk berteduh. Lalu mereka pun masuk ke dalamnya. Namun tiba-tiba sebongkah batu besar dari atas bukit menggelinding dan menutupi pintu gua itu sehingga mereka tidak dapat keluar.

Lalu salah seorang di antara mereka berkata, “Sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan kamu sekalian dari bencana ini kecuali bila kamu sekalian berdoa kepada Allah SWT dengan menyebutkan amal-amal shalih yang pernah kalian perbuat”.

Maka salah seorang lainnya mulai berdoa, “Ya Allah, aku mempunyai ayah ibu yang sudah tua renta. Aku biasa mendahulukan memberi minuman susu kepada keduanya sebelum aku memberikannya kepada keluarga dan budakku. Pada suatu hari aku terlambat pulang dari mencari kayu dan aku mendapatkan keduanya sudah tidur. Aku terus memerah susu untuk persediaan minum keduanya. Karena aku mendapati mereka berdua telah tidur, maka aku pun enggan untuk membangunkan mereka, dan aku juga tidak suka memberi minum susu itu baik kepada keluarga maupun kepada budak sebelum aku memberi minum kepada ayah bundaku itu.

Maka aku menunggu ayah bunda, hingga terbit fajar barulah keduanya bangun sementara anak-anakku menangis, mereka mengelilingi kakiku. Setelah mereka bangun, kuberikan minuman susu kepada keduanya. Ya Allah, jika aku berbuat seperti itu karena mengharapkan wajahMu maka geserkanlah batu yang menutupi gua ini untuk kami.”

Maka bergeserlah sedikit batu itu tetapi mereka belum bisa keluar dari gua tersebut.
Lalu yang lainnya berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai saudari sepupu yang sangat kucintai. Aku sangat mencintainya sebagaimana lazimnya seorang lelaki mencintai seorang perempuan. Kemudian aku ingin berbuat zina dengannya tetapi dia selalu menolak. Lalu selang beberapa tahun dia tertimpa kesulitan, kemudian datang kepadaku dan aku berikan kepadanya 120 dinar, dengan syarat dia harus mau bersebadan denganku, dan dia pun setuju.

Ketika aku sudah berada di antara kedua kakinya, dia berkata, ‘Takutlah kamu kepada Allah dan jangan kamu robekkan selaput daraku kecuali dengan haq’. Maka aku meninggalkannya, padahal dia adalah seorang yang sangat kucintai dan aku telah merelakan emas (dinar) yang kuberikan kepadanya. Ya Allah, jika aku berbuat seperti itu karena mengharapkan wajahMu, maka berikanlah kami jalan keluar dari apa yang kami hadapi ini.”

Maka bergeserlah batu itu tetapi mereka belum bisa keluar dari gua itu.
Selanjutnya orang ketiga ikut berdoa, “Ya Allah, aku dulu mempekerjakan beberapa karyawan dan semuanya aku gaji dengan sempurna kecuali ada seorang yang pergi meninggalkanku dan tidak mau mengambil gajinya terlebih dahulu. Kemudian gaji itu aku kembangkan sehingga menjadi banyak.

Selang beberapa lama dia datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai hamba Allah, berikanlah gaji saya yang dulu itu.’ Aku berkata kepadanya, ‘Semua yang kamu lihat itu baik unta, sapi, kambing, maupun budak yang menggembalakannya adalah gajimu’. Dia pun berkata, ‘Wahai hamba Allah, janganlah engkau mempermainkan saya.’ Saya menjawabnya, ‘Saya tidak mempermainkan kamu.’ Kemudian ia pun mengambil semuanya dengan tidak meninggalkan sisa sedikit pun. Ya Allah, jika aku berbuat itu karena mengharap wajahMu, maka berikanlah kami jalan keluar dari apa yang kami hadapi ini.”

Lalu batu itu pun bergeser dan mereka bisa keluar dari dalam gua dan meneruskan perjalanan.

Maraji’: Hadits Riwayat Bukhari No. 2272, Muslim No. 2743, dan Ahmad 2/116.


Sumber: http://www.dakwatuna.com

No comments:

Post a Comment