Thursday, June 29, 2017

Kisah Kejujuran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Saat Dirampok


Sahabat 1001-Kisah Islami, Mari kita belajar dari Kisah Kejujuran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Saat Dirampok , Suatu hari Abdul Qadir yang masih belia meminta izin ibundanya untuk pergi ke kota Bagdad. Bocah ini ingin sekali mengunjungi rumah orang-orang saleh di sana dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari mereka.

Sang ibunda merestui. Diberikanlah kepada Abdul Qadir empat puluh dinar sebagai bekal perjalanan. Agar aman, uang disimpan di sebuah saku yang sengaja dibuat di posisi bawah ketiak. Sang ibunda tak lupa berpesan kepada Abdul Qadir untuk senantiasa berkata benar dalam setiap keadaan. Ia perhatikan betul pesan tersebut, lalu ia keluar dengan mengucapkan salam terakhir.

“Pergilah, aku sudah menitipkan keselamatanmu pada Allah agar kamu memperoleh pemeliharaan-Nya,” pinta ibunda Abdul Qadir.

Bocah pemberani itu pun pergi bersama rombongan kafilah unta yang juga sedang menuju ke kota Bagdad. Ketika melintasi suatu tempat bernama Hamdan, tiba-tiba enam puluh orang pengendara kuda menghampiri lalu merampas seluruh harta rombongan kafilah.

Yang unik, tak satu pun dari perampok itu menghampiri Abdul Qadir. Hingga akhirnya salah seorang dari mereka mencoba bertanya kepadanya, “Hai orang fakir, apa yang kamu bawa?”

“Aku membawa empat puluh dinar,” jawab Abdul Qadir polos.

“Di mana kamu meletakkannya?”

“Aku letakkan di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.”

Perampok itu tak percaya dan mengira Abdul Qadir sedang meledeknya. Ia meninggalkan bocah laki-laki itu.

Selang beberapa saat, datang lagi salah satu anggota mereka yang melontarkan pertanyaan yang sama. Abdul Qadir kembali menjawab dengan apa adanya. Lagi-lagi, perkataan jujurnya tak mendapat respon serius dan si perampok ngelonyor pergi begitu saja.

Pemimpin gerombolan perampok tersebut heran ketika dua anak buahnya menceritakan jawaban Abdul Qadir. “Panggil Abdul Qadir ke sini!” Perintahnya.

“Apa yang kamu bawa?” Tanya kepala perampok itu.

“Empat puluh dinar.”

“Di mana empat puluh dinar itu sekarang?”

“Ada di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.”

Benar. Setelah kepala perampok memerintah para anak buah menggledah ketiak Abdul Qadir, ditemukanlah uang sebanyak empat puluh dinar. Sikap Abdul Qadir itu membuat para perampok geleng-geleng kepala. Seandainya ia berbohong, para perampok tak akan tahu apalagi penampilan Abdul Qadir saat itu amat sederhana layaknya orang miskin.

“Apa yang mendorongmu mengaku dengan sebenarnya?”

“Ibuku memerintahkan untuk berkata benar. Aku tak berani durhaka kepadanya,” jawab Abdul Qadir.

Pemimpin perampok itu menangis, seperti sedang dihantam rasa penyesalan yang mendalam. “Engkau tidak berani ingkar terhadap janji ibumu, sedangkan aku sudah bertahun-tahun mengingkari janji Tuhanku.”

Dedengkot perampok itu pun menyatakan tobat di hadapan Abdul Qadir, bocah kecil yang kelak namanya harum di mata dunia sebagai Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Drama pertobatan ini lantas diikuti para anak buah si pemimpin perampok secara massal.

Kisah ini diceritakan dalam kitab Irsyadul ‘Ibad karya Syekh Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Malibari, yang mengutip cerita dari al-Yafi’i, dari Abu Abdillah Muhammad bin Muqatil, dari Syekh abdul Qadir al-Jailani. (Mahbib)

Diambil dari rubrik hikmah NU.Or.id

Wednesday, June 28, 2017

Yazid bin Harun, Ulama yang Ditakuti Penguasa


1001-Kisah Islami.Com- Pada tahun 118 Hijriyah, lahir seorang ulama yang bernama Yazid bin Harun bin Zadzi. Panggilan akrab ulama yang beretnis Bukhara, sebuah kawasan yang sekarang berada di Afghanistan, adalah Abu Khalid. Beliau lahir dan besar di daerah sekitar Baghdad, Irak.

Guru dari Imam Ahmad bin Hambal ini mempunyai kharisma yang luar biasa. Kharisma itu muncul karena kesaksian dari para guru dan murid-murid beliau yang mengenal beliau sebagai ulama yang tsiqah. Hampir tak seorang pun dari guru dan murid beliau yang mendapati kekurangan beliau. Hadits yang beliau riwayatkan adalah hadits yang shahih.

Kuatnya hafalan Abu Khalid Yazid bin Harun sudah dikenal di seluruh penjuru negeri muslim saat itu. Bahkan, dari sisi itu, beliau mengalahkan salah seorang guru Imam Syafi’i, Waqi’ bin Al-Jarrah. Imam Ahmad bin Hambal menyatakan bahwa kuatnya periwayatan hadits dari Yazid bin Harun sampai pada peringkat mutqin yang melebihi dari sekadar hafizh.

Imam Asy-Syafi’i pernah menyaksikan bahwa Yazid bin Harun hafal sekitar 24 ribu hadits, berikut sanadnya.

Selain kelebihan hafalan dan akhlak, Yazid bin Harun dikenal sebagai sosok ulama yang mempunyai kekuatan ibadah luar biasa. Beliau biasa shalat dari mulai Isya hingga sampai waktu Shubuh, nyaris tanpa istirahat. Dan terbiasa shalat dari mulai Zhuhur hingga datang waktu Ashar, juga tanpa istirahat. Hal itu biasa dilakukan sang ulama selama 47 tahun.

Sepanjang shalat dan munajat itu, Yazid bin Harun kerap menangis karena ketundukannya kepada Allah swt. Sedemikian seringnya menangis, ulama yang tegas dalam soal amar ma’ruf dan nahyu munkar ini mengalami kebutaan secara bertahap. Mulai dari mata kiri, kemudian yang kanan.

Kalau beliau sedang memberikan ta’lim di Baghdad, sekitar 70 ribu orang hadir untuk menyimak kajian yang beliau sampaikan. Termasuk di antara mereka Imam Ahmad bin Hambal.

Walau sebagai guru, Yazid bin Harun sangat menghormati Imam Ahmad bin Hambal. Pernah suatu kali, ketika beliau sedikit bercanda di saat mengisi sebuah pengajian, salah seorang peserta terdengar berdehem. Yazid pun mengatakan, ”Siapa yang baru saja berdehem?”

Hal itu ia tanyakan karena kondisi fisik beliau yang buta dan rasa sensitif beliau kalau-kalau ada yang tidak beres dari tingkah beliau. Seseorang pun menjawab, ”Itu suara Ahmad bin Hambal!”

Yazid bin Harun pun langsung menyatakan, ”Kenapa kalian tidak sampaikan kepadaku kalau Ahmad bin Hambal hadir di sini, agar aku tidak bercanda di hadapan kalian!”

Kharisma yang luar biasa itulah yang membuat penguasa Al-Makmun tidak berani macam-macam selama sang ulama itu masih hidup.

Pernah Al-Makmun menyatakan, kalau saja Yazid bin Harun tidak ada, aku sudah menyatakan bahwa Alquran itu makhluk.

Seorang staf istana bertanya, ”Kenapa Anda begitu segan dengan Yazid bin Harun?”

Al-Makmun menjelaskan, Aku sangat mengakui kharisma beliau yang begitu dihormati dan dijadikan rujukan oleh hampir semua rakyatku. Kalau aku mengatakan itu, dan pasti Yazid bin Harun akan membantahku, maka rakyat akan bergejolak. Dan itu merupakan bencana untukku!

Yazid bin Harun meninggal dalam usia 89 tahun di masa pemerintahan Al-Makmun, pada tahun 206 Hijriyah.

Seorang teman Imam Ahmad bin Hambal menceritakan sebuah mimpi yang ia alami. Dalam mimpi itu, ia bertemu dengan Yazid bin Harun. Ia bertanya, ”Apakah Anda didatangi Malaikat Munkar dan Nakir setelah Anda dimakamkan?”

Dalam mimpi itu, Yazid bin Harun menjawab, ”Benar. Mereka menanyakanku: siapa Tuhanmu? Apa agamamu?”

Lalu kujawab, ”Apakah pertanyaan seperti ini yang kailan ajukan kepadaku? Sungguh, ketika di dunia, aku biasa mengajarkan hal itu kepada manusia!”

Mendapati jawaban seperti itu, Malaikat Munkar dan Nakir menyatakan, ”Kamu benar. Karena itu, silakan Anda tidur seperti pengantin baru.” (muhammadnuh@eramuslim.com)/Min ’Alam As-Salaf

Sumber: eramuslim.com

Tuesday, June 20, 2017

Kisah Ainul Mardhiah, Bidadari Tercantik di Jannah



1001-Kisah Islami.Com – Ainul Mardhiah adalah seorang bidadari yang paling cantik di surga yang Alloh ciptakan untuk sesiapa yang mati syahid berjuang di jalan Alloh. Secara bahasa Ainul Mardhiah berarti mata yang diridhai. Atau setiap pandangan yang melihatnya pasti akan menemukan keridhaan di hati.

Kisah Ainul Mardhiah diceriterakan dalam Hadits Nabi riwayat Tirmidzi yang dalam bahasa saya seperti ini:

Ketika pagi hari di bulan Ramadhan, Nabi sedang memberikan targhib (semangat untuk berjihad) kepada pasukan Islam. Nabi pun bersabda, “Sesungguhnya orang yang mati syahid karena berjihad di jalan Alloh, maka Alloh akan menganugerahkannya Ainul Mardhiah, bidadari paling cantik di surga”. Salah satu sahabat yang masih muda yang mendengar cerita itu menjadi penasaran. Namun, karena malu kepada Nabi dan sahabat-sahabat lain, sahabat ini tidak jadi mencari tahu lebih dalam mengenai Ainul Mardhiah.

Waktu Zuhur sebentar lagi, sesuai sunah Rasul, para sahabat dipersilakan untuk tidur sejenak sebelum pergi berperang. Bersama kafilah perangnya pun sahabat yang satu ini tidur terlelap dan sampai bermimpi.

Di dalam mimpinya dia berada di tempat yang sangat indah yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Dia pun bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Ia pun bertanya kepada wanita tersebut, “Di manakah ini?”.
“Inilah surga.”, jawab wanita itu.
Kemudian sahabat ini bertanya lagi, “Apakah Anda Ainul Mardhiah?”.
“Bukan, saya bukan Ainul Mardhiah. Kalau Anda ingin bertemu dengan Ainul Mardhiah, dia sedang berada di bawah pohon yang rindang itu.”

Didapatinya oleh sahabat itu seorang wanita yang kecantikannya berkali-kali lipat dari wanita pertama yang ia lihat.
“Apakah Anda Ainul Mardhiah?”
“Bukan saya ini penjaganya. Kalau Anda ingin bertemunya di sanalah singgasananya.”

Lalu sahabat ini pun pergi ke singgasana tersebut dan sampailah ke suatu mahligai. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari wanita sebelumnya yang sedang mengelap-ngelap perhiasan. Sahabat ini pun memberanikan diri untuk bertanya.

“Apakah Anda Ainul Mardhiah?”
“Bukan, saya bukan Ainul Mardhiah. Saya penjaganya di mahligai ini. Jika Anda ingin menemuinya, temuilah ia di mahligai itu.”

Pemuda itu pun beranjak dan sampailah ke mahligai yang ditunjukkan. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari wanita sebelumnya dan sangat pemalu. Pemuda itu pun bertanya.

“Apakah Anda Ainul Mardhiah?”
“Ya, benar saya Ainul Mardhiah,” ujarnya pelan dengan malu-malu.

Pemuda itu pun mendekat, tetapi Ainul Mardhiah menghindar dan berkata, “Maaf, Anda bukan seseorang yang mati syahid.”

Seketika itu juga pemuda itu terbangun dari mimpinya. Dia pun menceritakan ceritanya ini kepada seorang sahabat kepercayaannya yang dimohonkan untuk merahasiakannya sampai ia mati syahid.

Komando jihad pun menggelora. Sahabat ini pun dengan semangatnya berjihad untuk dapat bertemu dengan Ainul Mardhiah. Ia pun akhirnya menemui syahid.

Di petang hari ketika buka puasa, sahabat kepercayaan ini menceritakan mimpi sahabat yang mati syahid ini kepada Nabi. Nabi pun membenarkan mimpi sahabat muda ini dan Nabi bersabda, “Sekarang ia bahagia bersama Ainul Mardhiah”.

Agungnya Ainul Mardhiah ini pun menginspirasi tim nasyid UNIC untuk menciptakan lagu khusus dengan judul Ainul Mardhiah dengan lirik yang sangat menyentuh berikut ini.

Dirimu pembakar semangat perwira
Rela berkorban demi agama
Kau jadi taruhan berjuta pemuda
Yang bakal dinobat sebagai syuhada’
Itulah janji pencipta yang Esa

Engkaulah bidadari dalam syurga
Bersemayam di mahligai bahgia
Anggun gayamu wahai seorang puteri
Indahnya wajah bermandi seri
Menjadi cermin tamsilan kendiri
Untuk melakar satu wacana
Buatmu bernama wanita

Ainul Mardhiah
Kau seharum kuntuman di taman syurga
Menanti hadirnya seorang lelaki
Untuk menjadi bukti cinta sejati

Oh Tuhan
Bisakah dicari di dunia ini
Seorang wanita bak bidadari
Menghulurkan cinta setulus kasih
Di hati lelaki bernama kekasih

Wallahu ‘Alam

(sumber: nugraha_corporation.blogspot.co.id/eramuslim.com)